POSKOTASUMATERA.COM-JAKARTA-Tragedi
teror ledakan bom di Kampung Melayu Jakarta Timur, Rabu (24/5) malam, amat
disesalkan. Akibat aksi itu, tiga polisi dikhabarkan tewas dan 5 masyarakat
sipil luka-luka.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo
Wasisto menjelaskan hingga saat ini jumlah korban akib bom bunuh diri yang
meledak di terminal Kampung Melayu sebanyak 11 orang.
Setyo
menerangkan, hingga pukul 23.50 WIB tercatat ada 11 orang diantaranya, 1 pelaku
tewas, 5 orang polisi yang salah satunya dinyatakan tewas dan 5 orang warga
sipil mengalami luka-luka
Beberapa korban itu saat ini sedang
dirawat di beberapa rumah sakit, diantaranya RS Hermina, RS Budi Asih, dan RS
Polri. Untuk jasad pelaku, kata Setyo masih berada di lokasi. Hal itu karena
dibutuhkan untuk olah tempat kejadian perkara (TKP).
“Potongan tubuh belum dipindah karena
sedang olah TKP, saat ini tim labfor sudah dilokasi,” terang Setyo, Kamis
(25/5/2017) dini hari.
Dalam laporannya itu, Setyo juga
menyatakan berbelasungkawa atas kematian anggotanya yang sedang melakukan
pengamanan pawai obor dalm rangka menyambut bulan suci ramadhan.
Polisi hingga saat ini belum bisa
memastikan titik ledakan hingga olah TKP selesai dilakukan.
BELA
SUNGKAWA
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menyampaikan belasungkawa kepada korban ledakan bom bunuh diri di Terminal
Kampung Melayu, Jakarta Timur. Hal itu disampaikan Jokowi melalui Kepala Staf
Kepresidenan Teten Masduki yang diutus untuk menjenguk langsung korban di Rumah
Sakit Premier, Jatinegara.
"Saya diminta menyampaikan bela
sungkawa kepada korban dan keluarga dan memastikan semua korban mendapatkan
perawatan," ujar Teten saat berkunjung di RS Premier Jatinegara, Jakarta
Timur, Kamis (25/5/2017) dinihari.
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menyampaikan belasungkawa kepada korban ledakan bom bunuh diri di Terminal
Kampung Melayu, Jakarta Timur. Hal itu disampaikan Jokowi melalui Kepala Staf
Kepresidenan Teten Masduki yang diutus untuk menjenguk langsung korban di Rumah
Sakit Premier, Jatinegara.
"Saya diminta menyampaikan bela
sungkawa kepada korban dan keluarga dan memastikan semua korban mendapatkan perawatan,"
ujar Teten saat berkunjung di RS Premier Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis
(25/5/2017) dinihari.
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menyampaikan belasungkawa kepada korban ledakan bom bunuh diri di Terminal
Kampung Melayu, Jakarta Timur. Hal itu disampaikan Jokowi melalui Kepala Staf
Kepresidenan Teten Masduki yang diutus untuk menjenguk langsung korban di Rumah
Sakit Premier, Jatinegara.
"Saya
diminta menyampaikan bela sungkawa kepada korban dan keluarga dan memastikan
semua korban mendapatkan perawatan," ujar Teten saat berkunjung di RS
Premier Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (25/5/2017) dinihari.
SATU SIKAP
Pengamat Timur Tengah dan Islam dari Universitas Indonesia
(UI) Yon Machmudi mengatakan sikap umat Islam harus satu dalam menghadapi
aksi-aksi terorisme di Indonesia, yakni mengecam dan tidak memberikan ruang
sekecil apa pun terhadap justifikasi tindakan teror.
"Target aksi terorisme adalah memecah belah bangsa. Terorisme itu bukan aksi tidak rasional, tetapi benar-benar mempelajari kondisi sosial politik dan berusaha untuk mendapatkan simpati atas aksi-aksinya," katanya di Jakarta, Kamis, menanggapi peristiwa dua ledakan yang diduga bom bunuh diri di Kampung Melayu pada Rabu (24/5) malam.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI itu, aksi bom di Kampung Melayu jelas menunjukkan adanya target untuk menciptakan ketakutan kepada publik karena dilakukan di sarana publik, yaitu terminal.
Di samping itu, lanjut dia, mereka berusaha memecah belah bangsa dengan menargetkan aparat kepolisian.
"Sekarang ini kan kepercayaan sebagian umat Islam terhadap kepolisian sedang mengalami penurunan. Para teroris membaca fenomema ini dan berusaha mendapatkan simpati dari umat Islam atas tindakan mereka itu," ujarnya.
Namun, Yon mengatakan, umat Islam di Indonesia kini cukup cerdas membaca sabotase yang dilakukan oleh kelompok teroris, sehingga apa pun bentuk aksi terorisme tidak akan pernah mendapatkan tempat di hati umat Islam.
"Publik di Indonesia, terutama umat Islam, cukup rasional dan tidak akan pernah bersimpati terhadap aksi-aksi terorisne. Mereka paham betul kapan harus mengkritisi kepolisian dan kapan harus bersama-sama dengan kepolisian," kata penyandang gelar PhD dari The Australian National University itu.
Dalam kasus terorisme, kata Yon, umat Islam selalu bersama kepolisian untuk memerangi segala bentuk terorisme. Dengan demikian maka aksi-aksi terorisme tidak akan mendapatkan tempat di Indonesia dan semakin sempit ruang geraknya.
Prinsipnya publik, lanjut dia, tidak boleh takut dan merasa tidak aman. Demikian juga segala komponen bangsa harus sadar bahwa upaya memecah belah bangsa harus dilawan.
"Dengan demikian aksi terorisme tidak akan dapat mencuri momentum apa pun," kata Yon Machmudi. (PS/ANT/ZONE/NET)
"Target aksi terorisme adalah memecah belah bangsa. Terorisme itu bukan aksi tidak rasional, tetapi benar-benar mempelajari kondisi sosial politik dan berusaha untuk mendapatkan simpati atas aksi-aksinya," katanya di Jakarta, Kamis, menanggapi peristiwa dua ledakan yang diduga bom bunuh diri di Kampung Melayu pada Rabu (24/5) malam.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI itu, aksi bom di Kampung Melayu jelas menunjukkan adanya target untuk menciptakan ketakutan kepada publik karena dilakukan di sarana publik, yaitu terminal.
Di samping itu, lanjut dia, mereka berusaha memecah belah bangsa dengan menargetkan aparat kepolisian.
"Sekarang ini kan kepercayaan sebagian umat Islam terhadap kepolisian sedang mengalami penurunan. Para teroris membaca fenomema ini dan berusaha mendapatkan simpati dari umat Islam atas tindakan mereka itu," ujarnya.
Namun, Yon mengatakan, umat Islam di Indonesia kini cukup cerdas membaca sabotase yang dilakukan oleh kelompok teroris, sehingga apa pun bentuk aksi terorisme tidak akan pernah mendapatkan tempat di hati umat Islam.
"Publik di Indonesia, terutama umat Islam, cukup rasional dan tidak akan pernah bersimpati terhadap aksi-aksi terorisne. Mereka paham betul kapan harus mengkritisi kepolisian dan kapan harus bersama-sama dengan kepolisian," kata penyandang gelar PhD dari The Australian National University itu.
Dalam kasus terorisme, kata Yon, umat Islam selalu bersama kepolisian untuk memerangi segala bentuk terorisme. Dengan demikian maka aksi-aksi terorisme tidak akan mendapatkan tempat di Indonesia dan semakin sempit ruang geraknya.
Prinsipnya publik, lanjut dia, tidak boleh takut dan merasa tidak aman. Demikian juga segala komponen bangsa harus sadar bahwa upaya memecah belah bangsa harus dilawan.
"Dengan demikian aksi terorisme tidak akan dapat mencuri momentum apa pun," kata Yon Machmudi. (PS/ANT/ZONE/NET)