POSKOTASUMATERA.COM, MEDAN-Gubernur
Sumut Dr Ir H Tengku Erry Nuradi MSi membuka secara resmi Festival Ekonomi
Syariah (Fesyar) 2017 ditandai dengan pemukulan beduk di Lapangan Merdeka Medan baru baru ini. Hadir mendampingi Gubsu, Deputi Gubernur Bank
Indonesia Dr Sugeng, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Budi Santoso,
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Sumut, dan 13 pimpinan BI se regional Sumatera.
Dalam kesempatan tersebut Gubsu
berterimakasih atas kepercayaan Bank Indonesia yang memilih pelaksanaan Fesyar
2017 Regional Sumatera di Kota Medan, Sumut. Kehadiran pimpinan BI, OJK, dan
para undangan lainnya menurut Gubsu merupakan wujud semangat yang kuat sebagai
upaya meningkatkan dan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia mengingat
potensinya yang cukup besar sebagai sumber pembiayaan kegiatan ekonomi
masyarakat. Gubsu pun mengharapkan melalui Fesyar masyarakat luas dapat
diperkenalkan dengan pengembangan sektor sosial secara islami.
Dikatakan Erry ekonomi syariah bukanlah
semata untuk umat Islam tapi untuk seluruh lapisan masyarakat. Ekonomi syariah
dapat menjadi katalisator dalam pengembangan perekonomian berbasis syariah di
Sumatera khususnya di Sumut. Ekonomi syariah dapat memberikan keselarasan
bagi kehidupan dunia.
"Esensi sistem keuangan dan
ekonomi syariah dipandang dapat menjadi solusi terhadap ketidakpastian ekonomi
baik global maupu domestik karena memiliki karakter keselarasan antara sektor
keuanga dan sektor real, perluasan basis produksi, pengurangan kemiskinan, dan
pertumbuhan ekonomi yang inklusif,"ujarnya.
Dikatakan Erry Sumut memiliki potensi
besar untuk pengembangan ekonomi syariah karena berpenduduk mayoritas beragama
islam. Berdasaran data bahwa dari total 14,1 juta penduduk Sumut 64 persen
beragama Islam. Selain itu Sumut juga memeliki jumlah sumber daya manusia (SDM)
yang sangat potensial untuk dikembangkan dan diarahkan menjadi
sumber daya
insani penggerak pembangunan ekonomi syariah di Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan Erry dalam
perkembangannya saat ini ekonomi syariah di Sumut tumbuh cukup menggembirakan
meskipun pangsa pemanfaatannya masih terbilang rendah. Tapi dengan
pertumbuhan aset, kredit dan DPK Perbankan syariah berada dalam trend yang
meningkat.
"Ekonomi syariah dapat memberikan
kemaslahatan masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian di
Sumut. Sama halnya dengan ekonomi konvensional
Ekonomi syariah juga mengenal aspek makro dan mikro ekonomi. Namun yang lebih
penting bagaimana masyarakat dapat berprilaku ekonomi secara syariah dalam
prilaku konsumsi dan kedermawanan. Prilaku bisnis para pengusaha termasuk
juga dalam sasaran gerakan ekonomi syariah,"ujarnya.
Dari sisi non keuangan kegiatan ekonomi
syariah juga semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap prilaku konsumsi yang islami.
Kedermawanan juga semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya dana zakat, infak,wakaf dan sedekah yang berhasil dihimpun badan
atau lembaga pengelola dana-dana tersebut, dan pada industri syariah non keuangan seperti produk halal,wisata
syariah, fashion syariah, dan lain-lain.
"Dalam kesempatan ini kami
mengapresiasi langkah pemerintah pusat, setiap bank di Indonesia, otoritas
keuangan, pemda, SKPD dan instansi-instansi terkait layanannya. Karena
tanpa adanya koordinasi yang baik hal tersebut tidak akan tercapai.
Marilah kita tingkatkan kerjasama kita agar Sumut lebih paten lagi
kedepan,"pungkasnya.
Sebelumny Deputi Gubernur BI Sugeng
menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen dengan inflasi
yang cukup rendah hingga September 3,72%.
Dikatakan Sugeng, dalam tantangan
global kinerja keuangan dan ekonomi syariah memperlihatkan potensi yang
besar. Dimana pada tahun 2021 nanti volume industri halal dan keuangan
syariah gobal diperkirakan mencapai 6,4 triliun dolar US. Meskipun
pertumbuhan ekonomi saat ini masih cukup rendah tapi pihaknya menyakini dengan
berbagai upaya dan langkah-langkah menuju kesana akan membantu kinerja yang
lebih baik lagi.
"Perkembangan di Indonesia cukup
bagus meskipun memang pangsa perbankan syariah masih kecil. Tapi meyakini
dengan kegiatan seperti insyaallah dan ekonomi syariah akan semakin besar
kedepan,"ujar Sugeng.
Dikatakan Sugeng walaupun dikancah
global Indonesia menduduki peringkat 10 dalam industri keuangan syariah namun
umum Indonesia masih menjadi pasar produk halal bagi negara-negara lain.
Pada tahun 2015 pasar makanan halal Indonesia merupakan pasar terbesar industri
global yang nilainya mencapai 160 miliar Dolar US.
Sejalan dengan
dimulainya implementasi UU No 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal pada
2019 kondisi ini menunjukan betapa kuatnya potensi Indonesia dalam hal produk
halal. Namun potensi tersebut juga bisa menjadi ancaman jika produk halal
tersebut tidak dapat terpenuhi secara domestik sehingga berimplementasi
terhadap besarnya import.
"Ini permasalahan utama yang harua
segera diatasi guna mewujudkan perekonomian yang tumbuh berkualitas dan
berkesinambungan. Kami percaya bahwa sistem ekonomi dan keuangan syariah
yang didukung dengan kebijakan dan petangkat instrumen yang dapat mendukung
distribusi,sumber daya dan kesempatan mengoptimalkan investasi yang berdaya
guna mendukung partisipasi sosial untuk kepentingan publik merupakan satu
jawaban yang tepat,"ujarnya.
Dikatakan Sugeng, sektor-sektor
keuangan syariah yaitu zakat, infak,wakaf dan sedekah jika dioptimalkan dapat
berperan sebagai mesin penggerak baru bagi pembangunan bangsa ini baik skala
daerah maupun nasional.
Sebelumnya Kepala Perwakilan Bank
Indonesia Sumut Budi Santoso mengatakan jasa keuangan dan ekonomi syariah
tumbuh mengembirakan hingga Agustus 2017 secara years on years tumbuh 53,3%
meningkat dari bulan Juli yaitu 49,9%. Namun demikian pemanfaatan layanan jasa
keuangan Syariah masih perlu ditingkatkan. Hal ini tercermin dari pangsa
pasar pemanfaatan layananan jasa pembayaran jasa keuangan syariah masih relatif
kecil 6,7% terhadap total kredit perbankan di Sumatera. Setelah itu dana
pihak ketiga perbankan syariah di Sumatera hingga Agustus tumbuh 71,7% menurun
dari bulan Juli 79,8% dengan tital pangsa dana pihak ketiga 8,7%.
Sejalan dengan itu lanjut Budi Santoso
aset perbankan sebesar 68,3% menurun dari bulan Juli 74,4% debgan pangsa aset
perbankan syariah total 7,65%.
"Dengan besarnya potensi ekonomi
syariah di Sumatera dalam beberapa tahun kedepan angka-angka tersebut
diharapkan dapat terus bertumbuh. Upaya kita bersama untuk meningkatkan
dan memajukan ekonomi Syariah,"ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya dalam upaya
mendorong ekonomi syariah bank indonesia telah secara rutin menggelar
"Sharia economic forum" atau ISEF di Surabaya sejak tahun 2014. Untuk
itu dalan rangka menghadapi Road to ISEF ke-4 yang akan diselenggarakan pada
November 2017 di Surabaya, BI Sumut diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan
kegiatan festival ekonomi syariah 2017 untuk regional Sumatera yang
dilaksanakan di Lapangan Merdeka Medan. (PS/Ahmad Rizal)