POSKOTASUMATERA.COM-MEDAN-Keluarga Besar Rakyat Demokratik (KBRD) Sumatera Utara (Sumut) yang merupakan perhimpunan para aktifis pro demokrasi, mengadakan reunian dan peringatan 27 Juli dengan menggelar acara ‘Ngobrol Politik bersama Aktifis Pro Demokrasi’ di Resto Sajian Bhineka, Jalan Babura Lama No. 4 Medan, Kamis (26/7/2018).
Muhammad Ikhyar Velayati Harahap SH selaku Panitia Pengarah acara ini kepada wartawan, di Resto Sajian Bhineka, Rabu (25/7), usai melakukan rapat persiapan akhir bersama panitia pelaksana kegiatan mengatakan, peristiwa 27 Juli 1996 atau yang kerap dikenal sebagai peristiwa Kudatuli, berawal dari peristiwa perebutan kantor DPP PDIP pimpinan Megawati Soekarnoputri oleh PDI pimpinan Soeryadi yang didukung oleh aparat keamanan dan massa bayaran.
Peristiwa perebutan kantor DPP PDIP yang berdarah-darah ini akhirnya memunculkan gelombang protes dari kalangan aktifis pro demokrasi yang juga didukung oleh massa rakyat di Jakarta.
Waktu itu, kata Ikhyar yang merupakan Koordinator Aktifis ’98 Sumut, bentrokan atau chaos antara aparat keamanan dengan kalangan aktifis dan massa rakyat yang ingin kembali mengambil alih kantor DPP PDIP pun tidak bisa dihindarkan dan menimbulkan banyak korban.
“Rezim orde baru dan aparat tidak ingin dipersalahkan atas tindakan campur tangan dan represifnya terhadap massa rakyat pada peristiwa ini kemudian mencari pihak yang bisa dipersalahkan hingga terjadi bentrokan dan kerusuhan massal ini.
Dan yang dijadikan kambing hitamnya serta dituduh sebagai dalang kerusuhan adalah Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang didalamnya berhimpun kalangan muda progresif,” ujar Ikhyar yang merupakan mantan aktivis PRD.
Lebih lanjut Ikhyar Velayati yang juga Ketua PKNU Sumut ini menyebutkan, pasca peristiwa ini puluhan hingga ratusan aktifis yang tergabung dalam PRD serta aktifis pro demokrasi lainnya ditangkapi dan diburon oleh aparat negara. Bahkan sejumlah aktifis ada yang dibunuh dan diculik.
“Di Jakarta para pimpinan DPP PRD ditangkapi, dibunuh, diculik dan ada yang hingga saat ini sama sekali tidak kembali dan tidak diketahui kabar beritanya. Di Sumut pun sama, para pimpinan PRD juga ditangkapi dan sempat mendekam di tahanan Bakortranasda hingga 3 minggu.
Rumah-rumah aktifis PRD di Sumut juga digrebek dan digeledah, hingga membuat ketakutan dan trauma dikalangan orang tua dan keluarga para aktifis,” jelas Ikhyar.
Peristiwa 27 Juli, sebut Ikhyar, merupakan sebuah peristiwa kelam di masa Orde Baru bagaimana represifnya rezim yang berkuasa saat ini ‘memukul’ gerakan-gerakan massa rakyat pro demokrasi yang dianggap bertentangan dengan kekuasaan.
“Tapi tindakan represif pemerintahan Orde Baru waktu itu bukanlah menyurutkan gerakan pro demokrasi tetapi malah membuatnya semakin membesar. Dan puncaknya di tahun 1998 terjadi aksi massa besar-besaran gabungan mahasiswa dan massa rakyat di berbagai daerah. Di Jakarta massa menguasai gedung DPR RI, sedangkan di daerah massa juga menguasai gedung-gedung DPRD setempat serta sejumlah instansi penting lainnya dan akhirnya mampu menggulingkan pemerintahan Orde Baru dan memunculkan Orde Reformasi,” jelas Ikhyar.
Sementara itu di tempat yang sama, Ketua Panitia Reuni dan Diskusi KBRD Sumut, Hasan Basri S.Ag menyebutkan, acara ini intinya adalah acara reunian kalangan aktifis pro demokrasi yang sudah lama terpisah-pisah satu sama lain.
“Teman-teman sudah banyak yang terpisah-pisah karena menggeluti pekerjaan dan profesinya masing-masing. Jadi acara ini sebagai sarana untuk mengumpulkan kembali kawan-kawan yang sudah lama terpisah itu untuk reunian sembari mengenang masa-masa susah dahulu dalam memperjuangkan demokrasi dapat tegak di negeri ini,” katanya.
Disebutkan juga, kondisi kekinian perpolitikan nasional terlihat adanya dis-integrasi bangsa yang bisa mengancam Ke-Bhinekaan. Kondisi ini cukup memprihatinkan dimana politik identitas dimunculkan untuk kepentingan politik tertentu.
“Jadi di acara ini selain kita berkumpul untuk reunian saling melepas rindu dengan teman-teman yang sudah lama terpisah, juga kita isi dengan diskusi santai bersama aktifis pro demokrasi yang mengambil tema ‘Mengawal Demokrasi dan Kebhinekaan’,” sebutnya sembari bergurau kebetulan tempat yang diambil sebagai lokasi acara juga resto bhineka yakni Resto Sajian Bhineka.
Diacara diskusi ini, lanjut Hasan, sebagai pemantik diskusinya hadir Dita Indah Sari yang saat ini merupakan Wakil Ketua DPP PKB serta juru bicara Menakertrans dan juga caleg PKB untuk DPR RI dari daerah pemilihan Sumut 1, DR Aswan Jaya SH MKom.I yang kini Ketua PPP Sumut, Dedi A Handoko SH MH seorang lauyer dan saat ini juga duduk sebagai Dewan Pakar Otorita Danau Toba, Kamaluddin Pane SH MH, lauyer dan juga caleg Demokrat untuk DPRD Sumut untuk daerah pemilihan Binjai – Langkat, dan Asrul Anwar S.Sos, aktifis sosial dan eks Ketua PPP Binjai.
Usai acara diakusi akan dilanjutkan dengan acara makan bersama serta hiburan. “Direncanakan pada acara ini juga akan hadir Wakil Gubernur Sumut terpilih, Bapak Musa Rajekshah, sebagai undangan,” jelas Hasan menutup keterangannya. (PS/HASAN BASRI)