POSKOTASUMATERA.COM - DAIRI – Ketua Dekranasda Kabupaten Dairi Romi Mariani Edy Berutu mengatakan,dalam rangka memperingati Hari Ulos Nasional tidak bisa dipisahkan dari menghargai dan melestarikan wastra (bahasa Sangsekerta artinya kain) budaya warisan nenek moyang dari berbagai Puak di Sumatera Utara: Suku Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak dan Mandailing.
Dan tentu yang paling tidak bisa dipisahkan dari budaya wastra atau
kain batak ini adalah para Partonun atau Penenun yang merajut helaian benang
menjadi kain ulos kebanggaan Bangso Batak ini.
Memperingati Hari Ulos berarti menghargai
karya mereka yang menjadikan ulos begitu tinggi nilai dan maknanya dan tidak
dapat dipisahkan dari siklus kehidupan orang batak, mulai dari masih di dalam
kandungan, saat kelahiran, menikah dan
pada saatnya dipanggil kembali oleh Sang Maha Kuasa.
Saat memperingati Hari Ulos Nasional,Minggu (17/10/2021)
di Silahisabungan,juga disampaikan,bahwa kita digugah untuk ambil bagian dalam
pelestariannya bahkan pengembangannya sehingga
regenerasi partonun dapat terwujud. Tanpa menghargai partonun, menaikkan
harkat hidup dan kesejahteraan mereka rasanya mustahil bagi kita untuk
mempertahankan budaya ulos karena generasi muda tidak akan pernah tertarik lagi
untuk melanjutkan profesi yang sesungguhnya sangat tinggi nilainya bukan saja
bagi Bangso Batak tapi juga bagi Bangsa
Indonesia.
Di Silalahi Kabupaten Dairi ada sekitar
400 partonun yang hampir semua adalah
perempuan. Mereka sudah bertenun puluhan tahun dan mendapatkan ilmu dan
keahlian ini secara turun temurun, namun tantangannya adalah mereka sudah
semakin menua dan sangat sedikit dari anak- anak mereka yang mau melanjutkan
profesi ini. Pemerintah bersama-sama dengan para tokoh budaya, tokoh
masyarakat, para pemerhati, pemuda dan
semua unsur lainnya harus bahu membahu memikirkan jalan keluar bagi
keberlangsungan budaya dan karya ulos ini.
Memperingati Hari Ulos Nasional juga
menggugah kita untuk ikut ambil bagian dalam pengembangannya dan bagaimana
produk ini bisa digunakan secara lebih luas lagi bukan saja untuk adat tapi
sampai ke produk fashion yang dapat menjadikan ulos bernilai lebih tinggi
secara ekonomi namun tetap menjaga kerarifan lokal dan filosofi ulos tersebut. (PS/K.TUMANGGER).
Related Posts:
Komentar Anda











