POSKOTASUMATERA.COM – DAIRI - Bupati Dairi Dr. Eddy Keleng Ate Berutu menghadiri acara Gendang Guro-Guro Aron Muda-Mudi Tigalingga Mburo Ate Tedeh di Kecamatan Tigalingga, Jumat (17/11/2023) malam.
Bupati Dairi
Eddy Berutu dalam sambutannya menyampaikan, bentuk kreasi gendang guro-guro
adalah bentuk dan perwujudan muda-mudi untuk melestarikan budaya dan adat Karo.
Gendang
Guro-Guro Aron, lanjut Eddy Berutu, merupakan pesta hiburan yang mengandung banyak
makna, khususnya dalam mempererat silaturahmi antar masyarakat.
“Saya bangga
dengan kegiatan ini. Tentu memang keharusan kita menjaga dan melestarikan
budaya ini. Budaya jadi ciri dan identitas kita di tengah perkembangan zaman.
Dengan demikian budaya jadi pemersatu kita, menumbuhkan martabat kita di mata
bangsa-bangsa,” katanya mengawali.
Dalam pesta
muda-mudi yang juga dihadiri Anggota DPRD Dairi Jembal Ginting, Camat
Tigalingga Saut Sinaga, Camat Tanah Pinem Jonathan Ginting, dan unsur
Forkopimca dan tokoh-tokoh masyarakat ini, Bupati menyampaikan rasa bangga pada
pemuda Tigalingga yang menggelar acara ini.
Dijelaskannya, membuat acara seperti ini jadi bentuk latihan
untuk lebih bertanggung jawab mengelola even.
“Selain bentuk penghargaan akan budaya sebagai kearifan
lokal, pesta gendang guro-guro juga bentuk latihan bagi anak muda untuk lebih
bertanggung jawab, secara khusus dalam mengelola even. Saya gembira semua
terlaksana rapi. Dipupuklah terus.
Ini kesempatan bagi pemuda untuk berlatih diri mengelola
segala sesuatunya dan bertanggungjawab di dalamnya. Kita ingin jadi bangsa
besar, semua dimulai dari hal yang kecil. Pesta muda mudi ini adalah proses
belajar agar muda-mudi lebih bertanggung jawab,” katanya mengakhiri.
Dilansir dari laman Kemendikbud, Guro-guro Aron berasal dari
dua kata, yaitu “Guro-guro” dan “Aron”. Guro-guro bermakna senda gurau atau
bermain, sedangkan Aron berarti muda-mudi (tidak terbatas usianya) dalam satu
kelompok kerja untuk mengerjakan ladang.
Jika digabungkan, maka Guro-Guro Aron berarti pertunjukan
seni budaya Karo yang dilakukan oleh para muda-mudi suku Karo yang berada di
dalam kelompok kerja yang mengerjakan ladang dengan menampilkan gendang Karo
dan perkolong-kolong (penyanyi) diiringi tarian para muda-mudi. (PS/K.TUMANGGER).