Bahaya Diabetes Melitus |
POSKOTASUMATERA.COM | LHOKSEUMAWE --- Dampak pembangunan kesehatan di negara berkembang seperti di Indonesia, telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit yang cukup meyakinkan. Penyakit infeksi berangsur berkurang, sedangkan prevalensi penyakit degeneratif seperti diabetes melitus dan penyakit jantung koroner meningkat dengan tajam.
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit matabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada : 1. Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi glukosa hepatik) dan jaringan perifer (otot dan lemak), 2. Sekresi insulin oleh beta pankreas, 3. Atau keduanya. Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Safwaliza, S.Kep. M.K.M kepada Poskota belum lama ini di Lhokseumawe.
Menurutnya, Ada 2 klasifikasi DM yang umum terjadi dan diderita orang yaitu :1. DM tipe 1 ; destruksi sel β, umumnya diikuti defisiensi insulin absolut dan2. DM tipe 2 ; bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin relatif sampai predominan defek sekretorik dengan resistensi insulin.
Promosi Kesehatan DM
Diabetes melitus dapat menyerang segala lapisan umur dan sosial ekonomi, serta berdampak negatif berupa penurunan kualitas SDM terutama akibat komplikasi menahun. Komplikasi diabetes dapat terjadi pada pembuluh darah makro misalnya penyakit jantung koroner dan stroke, dapat juga pada pembuluh darah mikro misalnya pada mata (retinopatia), pada syaraf (neuropatia), dan pada ginjal (nefropatia).
Faktor-faktor yang berperan pada peningkatan jumlah pasien DM antara lain peningkatan kemakmuran, perubahan gaya hidup, dan bertambah panjangnya usia harapan hidup. Sejak tahun 1994 diperkirakan 2 – 5 juta orang menderita DM dan jumlah tersebut akan menjadi 4 juta pada tahun 2000, dan 5 juta pada tahun 2010.
Suatu jumlah yang sangat besar. Tentu saja upaya untuk mencegah dan menanggulangi DM ini harus dimulai dari sekarang. Untuk itu sangat diperlukan upaya Promosi Kesehatan yang pelaksanaannya dilakukan oleh dan bersama seluruh komponen masyarakat, termasuk swasta dan dengan dukungan pemerintah.
Ada 4 pilar utama pengelolaan DM, yaitu ; perencanaan makan, kegiatan jasmani, penggunaan obat, dan promosi kesehatan. Dalam perencanaan makanan, standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25%. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari.
Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid) seperti alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun dll. dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) seperti minyak jagung, biji bunga matahari, kacang kedelai dll dan asam lemak jenuh, seperti daging sapi, kambing, babi, keju, mentega cream, margarine dll.
Kegiatan jasmani, merupakan kegiatan ragawi yang bertujuan untuk membantu kelancaran proses metabolisme dalam tubuh. Frekuensi yang dianjurkan 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit). Prinsip yang dianut adalah kegiatan jasmani adalah ; terus menerus, teratur, ada kemajuan kekuatan, dan kemajuan ketahanan tubuh.
Intervensi Farmakologis dimaksudkan untuk mengendalikan kadar glukosa dengan menggunakan obat. Obat yang umum digunakan adalah obat hipoglekimia oral (OHO), yang berfungsi untuk memicu sekresi insulin, menambah sensivitas terhadap insulin dan penghambat absorbsi glukosa. Pilar utama pengelolaan DM yang keempat adalah promosi kesehatan.
Promosi kesehatan sangat penting bagi orang dengan DM. Tiga unsur penting dalam promosi kesehatan, yakni ; pemberdayaan, kemitraan dan advokasi merupakan dasar utama pengobatan dan pencegahan yang sempurna. Dengan promosi DM, diharapkan orang dengan DM dapat merawat dirinya secara mandiri.
Sesuai dengan definisi WHO, Promosi Kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya.Oleh karena DM adalah penyakit yang sifatnya kronik, maka orang dengan DM perlu mengetahui tentang penyakitnya, bagaimana cara pengobatannya dan bagaimana cara pencegahan komplikasi akut maupun kronik.
Untuk memberi pengertian bagi orang dengan DM diperlukan waktu cukup lama dan berulang-ulang. Hal ini tidak mungkin tercapai apabila penjelasan tersebut hanya dilakukan oleh dokter spesialis dalam saja, yang jumlahnya masih sangat terbatas. Dibutuhkan “pendamping dan penggerak/motivator” khusus, yang dengan keahliannya di bidang DM, dan mempunyai waktu yang cukup untuk memberikan ilmu kepada orang dengan DM.
Promosi DM ini meliputi pemberian konseling mengenai perencanaan makan, perawatan dan pemeliharaan DM, mengajarkan cara penyuntikan dengan baik, mengajarkan dan membimbing pasien memantau DM-nya menghadapi keadaan sakit, dan memberi informasi mengenai kegiatan-kegiatan sosial/masyarakat DM.
Untuk memudahkan proses edukasi ini, perlu dibuat berbagai macam sarana promosi berupa poster, leaflet, lembar balik, food model untuk perencanaan makan dll. Proses yang sudah berjalan dengan baik akan memperluas pengetahuan terutama mengenai pencegahan penyakit DM.
Dapat dibayangkan bahwa pencegahan primer akan mengurangi biaya pengobatan, sehingga tersedia dana untuk keperluan lainnya, suatu keuntungan di masa sulit seperti sekarang ini.
Prevalensi penyakit degeneratif seperti diabetes melitus (DM), penyakit jantung koroner dll. semakin meningkat, Sehingga perlu tindakan pencegahan baik primer, sekunder, maupun tersier. Salah satu dari empat pilar dalam pengelolaan DM adalah edukasi, yang merupakan usaha promosi kesehatan untuk menanggulangi diabetes. Promosi DM bertujuan untuk memberdayakan orang dengan diabetes agar dapat memelihara dan merawat penyakitnya secara mandiri, ungkap Safwaliza M.K.M. (ADV).