Dok. Istimewa |
POSKOTASUMATERA.COM | LHOKSEUMAWE -- PEMILIHAN kepala daerah (Pilkada) menjadi salah satu indikator dalam sistem demokrasi karena rakyat dapat berpartipasi dalam menentukan pilihan politiknya. Melalui Pilkada rakyat akan memilih Kepala atau pimpinan daerahnya dengan hati nurani yang bersih tanpa ada pengaruh lain yang menodai sistem demokrasi.
Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia Pilkada menjadi upaya nyata untuk mewujudkan tegaknya demokrasi dan merealisasikan kedaulatan rakyat dengan prinsip jujur dan adil (jurdil) serta langsung, umum, bebas dan rahasia (luber).
Demikian disampaikan oleh Wakil Ketua DPRK Lhokseumawe Irwan Yusuf kepada Poskota 20 Juni 2024 di Gedung DPRK setempat.
Menurutnya, Pilkada untuk tahun 2024 akan digelar pada 27 November dan para bakal calon mulai terlihat menampilkan dirinya melalui berbagai media terutama baliho dan informasi terbuka dari tim suksesnya.
Berkaca dari pengalaman Pilkada tahun-tahun sebelumnya besar harapan agar masyarakat pemilih tidak terkecoh lagi dengan janji-janji manis bakal calon (balon) dan ‘bantuan’ uang dan segepok bingkisan.
Untuk adanya pemimpin yang ideal pemilih wajib memedomani anjuran Rasulullah kepada salah satu sahabatnya agar tidak meminta jabatan.
Ucapan Rasulullah tersebut terdapat dalam hadis al-Bukhari, yang artinya “Dari Abdurrahman bin Samurah, beliau mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam berkata kepadaku,
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong, dan jika kamu diberi jabatan karena meminta maka kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu bersumpah, lantas kamu melihat ada sesuatu yang lebih baik, maka bayarlah kafarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik.”
Makna dari hadis tersebut adalah siapa pun yang meminta jabatan sebagai pemimpin untuk dikabulkan, maka Allah akan menghilangkan pertolongan karena kerakusannya. Sementara jika kamu diberikan kepemimpinan tanpa diminta, maka kamu akan dapat pertolongan.
Maksud dari hadis tersebut bahwa Allah akan menolong dan mengilhami dengan kebenaran bagi pemimpin yang tidak meminta jabatan serta bahagia dunia dan akhirat. Dengan demikian pemimpin yang ideal pilihan rakyat adalah bakal calon pemimpin yang tidak meminta jabatan dengan cara apa pun untuk menyukseskan rencananya Idealisme
Pemimpin yang meminta jabatan pada awalnya kemungkinan besar tidak bisa mencintai rakyatnya karena punya harapan tertentu dari jabatan tersebut dan dengan demikian tidak akan sinkron antara kebutuhan masyarakat dengan program kegiatan yang dijalankan nantinya, ujar politisi senior dari Partai Gerindra.
Selanjutnya pemimpin daerah yang ideal pilihan rakyat adalah pemimpin yang amanah, dimana masyarakat pemilih dapat melihat dari rekam jejak bakal calon sebelum menentukan pilihannya.
Seorang pemimpin haruslah bersikap amanah dan tidak curang sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari, “Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin, lalu meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga.
Kepercayaan dan kejujuran adalah kunci sukses seseorang dalam menjalankan aktivitas baiknya serta dicinta pengikutnya.
Maka dalam memilih pemimpin sangat perlu menilai kejujurannya karena kebohongan akan menghancurkan masa depan Kota yang kita cintai ini. Ungkap Irwan Yusuf mengakhiri nya. (ADV)