Demikian disampaikan oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan KotaLhokseumawe, Cut Fitri kepada media ini, di Lhokseumawe.
Menurut Cut Fitri, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir.
Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Salah satu Intervensi penurunan Stunting terintegrasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe adalah Aksi ke 7 yaitu pengukuran dan publikasi stunting.
Sambung Cut Fitri, Pengukuran dan pulikasi angka stunting adalah upaya Kota Lhokseumawe untuk memperoleh angka Prevalensi Stunting terkini pada skala layanan Puskesmas, Kecamatan dan Desa.
Hasil pengukuran tinggi badan anak dibawah lima tahun serta publikasi angka stunting di gunakan untuk memperkuat komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam gerakan bersama penurunan stunting. Baik untuk tingkat desa, kecamatan, kota, provinsi dan nasional.
Lanjutnya, Kegiatan Pengukuran tinggi badan atau panjang badan dilakukan setiap bulan di posyandu yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan.
Data Pengukuran Tinggi badan di input dalam aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e PPGBM) yang di entry oleh petugas gizi dibantu bidan desa dan kader di Kota Lhokseumawe, apabila ada data yang bermasalah gizi di konfirmasi dan divalidasi oleh petugas Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
Selain data status gizi balita juga diinput data riwayat tindakan terhadap balita yang bermasalah gizi, kemudian di analisa faktor faktor determinan penyebab masalah gizi untuk diintervensi sesuai penyebabnya.
Berdasarkan hasil pengukuran status gizi balita pada tahun 2024 di Kota Lhokseumawe melalui aplikasi e PPGBM secara by name by address sepert yang tertera dalam tabel di bawah ini.
Intervensi spesifik yang telah dilakukan antara lain Pemberian Tablet Tambah Darah pada remaja putri, skrining calon pengantin, pemberian Fe pada Ibu Hamil, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK, dan Pemberin Makanan Tambahan (PMT) Lokal untuk Balita bermasalah gizi.
Di desa telah berjalan kelas ibu hamil, kelas ibu balita dan posyandu balita yang rutin setiap bulannya untuk memantau tumbuh kembang balita dan memantau kesehatan ibu hamil.
Pada tahun 2024 setiap posyandu juga sudah mempunyai alat antropometri sesuai standar dan pengetahuan kader tentang pengukuran sudah baik sehingga pengukuran lebih valid dibandingkan dengan tahun lalu dan angka partisipasi pengukuran balita tahun 2024 lebih tinggi yaitu 98 % .
Dalam menangani stunting di Kota Lhokseumawe perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan dan pelaksana program dalam melaksanakan intervensi gizi sensitif.
Peran semua lintas sektor dan program, semua organisasi profesi, pemerintahan desa dan masyarakat umumnya bersinergi dalam mendukung gerakan penurunan stuting di Kota Lhokseumawe. Sehingga kedepan kota Lhokseumawe dapat keluar sebagai kota yang zero stunting, harapnya. (PS/DAMRY)