POSKOTASUMATERA.COM-BINJAI- Rumah Sakit Umum Dr. Djoelham klasifikasi type B yang merupakan salah satu objek pelayanan terhadap masyarakat Kota Binjai yang sangat dibanggakan menuai kekecewaan bagi masyarakat Kota Binjai.
Pasalnya, rumah sakit Dr. Djoelham merupakan rumah sakit umum klasifikasi type B yang begitu besar dan megah hanya mampu menangani 5 (lima) orang pasien saja di pasilitas ICU nya. "Ini dikarenakan keterbatasan alat monitor dan kekurangan tenaga medis," Ungkap salah seorang petugas. (18/12/24).
Keluarga pasien merasa sangat kecewa atas pelayanan Rumah Sakit Umum Dr. Djulham Kota Binjai disebabkan adanya beberapa dokter di ruang IGD bersikukuh agar pasien dirujuk ke rumah sakit Bina Kasih karena ruang ICU di rumah sakit Djoelham tersebut penuh, (18/12/24).
Berawal dari masuknya Sudirham, pasien kejang- kejang ke rumah sakit tersebut setelah pihak rumah sakit melakukan penanganan awal di IGD, pihak rumah sakit langsung menyarankan agar pasien untuk segera dirujuk saja ke Rumah Sakit Umum Bina Kasih yang berada di medan saja, dengan alasan ruang ICU di rumah sakit tesebut penuh.
Namun pihak keluarga menolak dengan alasan kalau dirujuk ke medan jauh dan banyak memakan biaya, sementara pasien hanya seorang pensiunan PNS yang tergolong tidak mampu. Pihak keluarga pasien memohon agar pasien dirujuk di rumah sakit di kota Binjai saja yang ada fasilitas ruang ICU nya.
Anehnya, Rumah Sakit Umum Dr. Djoelham yang begitu besar dan megah yang dibanggakan masyarakat Kota Binjai dengan klasifikasi type B sangat disayangkan hanya bisa melayani 5 orang pasien saja di ruangan ICU nya.
Tidak terima dengan layanan pihak rumah sakit dan keterangan dokter di ruang IGD dan menko di rumah sakit tersebut, pihak keluarga dan awak media meminta didamping petugas keamanan melihat ruang ICU yang ada di rumah sakit tersebut.
Setelah melihat ruang ICU tersebut, diketahui ternyata diruangan ICU tersebut hanya bisa melayani 5 pasien saja. Ketika ditanya berapa jumlah tempat tidur untuk pasien dan perlengkapan perawatan pasien ICU petugas merinci, "Diruangan ini pak jumlah tempat tidur ada 12 (dua belas), alat monitor cuma ada 5 (lima) unit yang bisa dipakai, kami juga kekurangan tenaga medis pak." Ungkapnya.
"Dengan hanya dapat melayani 5 pasien saja diruangan ICU dan kekurangan tenaga medis, apa itu rumah sakit klasifikasi type B yang dibangga- banggakan Kota Binjai ini?" kesal keluarga pasien.
Menurut "Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit" Pasal 43 (2) jumlah tempat tidur perawatan intensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c untuk Rumah Sakit umum, terdiri atas 5% (lima persen) untuk pelayanan unit rawat intensif (ICU), dan 3% (tiga persen) untuk pelayanan intensif lainnya. Jelas jumlah tempat tidur dan fasilatas sudah melanggar aturan Kementerian Kesehatan.
"Rumah sakit dengan klasifikasi type B yang dibangga- banggakan Pemko Binjai hanya memiliki fasilitas untuk 5 (lima) orang pasien rawat inap diruang ICU, karena keterbatasan alat monitor dan tenaga medis ini sangat memalukan sekali." Lanjut keluarga pasien.
Kecewa dengan pasilitas dan pelayanan rumah sakit tersebut sejak pukul 14 hingga pukul 22.00 wib juga tidak mendapat tempat diruang ICU dan layanan maximal, keluarga pasien mengamuk hingga bersikeras agar dirujuk saja ke RS. OG Hospital dengan klasifikasi lebih rendah dari Rs. Dr. Djoelham. "Buat apa klasifikasi type B jika pelayanannya bobrok," ungkap keluarga pasien.
Anehnya, sebelum dirujuk ke RS OG Hospital "awalnya pihak keluarga pasien sudah koordinasi ke RS. Sylvani untuk dapat diterima dirawat di RS tersebut dan pihak RS. Sylvani menerima. Namun pihak RS. Djoelham terkesan menghalangi, dengan mengatakan mereka sdh koordinasi ke RS. Sylvani, dan mengatakan dokter specialis syarafnya cuti. Begitu juga dengan permohonan dirujuk ke RS. Artha Medica pihak RS Djoelham juga memberi alasan di RS. Artha Medica ruang ICU juga penuh.
Dengan penanganan pasien yang tidak memuaskan tersebut, pihak keluarga pasien memohon kepada "Bapak Wali Kota Binjai untuk segera mengevaluasi kinerja rumah sakit umum Dr. Djoelham tersebut yang diduga ada oknum- oknum dokter nakal yang tidak memiliki moral dan tidak mengutamakan keselamatan jiwa pasien dan lebih mengutamakan fee dari hasil rujukan pasien." Kesal keluarga pasien. (PS/ZOELIDRUS).