POSKOTASUMATERA.COM-PADANGSIDIMPUAN-Dalam upaya melestarikan budaya dan memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda, SMAN 3 Padangsidimpuan sukses menggelar kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema kearifan lokal. Acara yang berlangsung pada Kamis (20/2/2025) ini berfokus pada dua tradisi adat Batak yang sarat makna, yakni Upa-Upa Tondi Haroroan Boru dan Silua Itak.
Kepala SMAN 3 Padangsidimpuan, Drs. Kardan, menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya sendiri di kalangan siswa. "Kami ingin generasi muda memahami adat istiadat yang diwariskan leluhur. Dengan demikian, mereka akan lebih menghargai identitasnya sebagai bagian dari masyarakat Batak," ujarnya.
Dalam prosesi Upa-Upa Tondi Haroroan Boru, siswa diajak untuk memahami ritual adat yang biasanya dilakukan sebagai bentuk doa dan restu bagi seseorang yang akan menghadapi perjalanan penting dalam hidupnya. Sementara itu, Silua Itak memperkenalkan tradisi pemberian makanan khas berbahan tepung beras sebagai simbol doa keselamatan dan kesejahteraan.
Tak hanya menjadi penonton, para siswa turut serta dalam setiap tahapan ritual, mulai dari pemberian doa, penyajian makanan, hingga prosesi adat yang diiringi musik dan tarian khas Batak. Pengalaman langsung ini memberikan pemahaman mendalam tentang makna budaya yang selama ini mungkin hanya mereka dengar dari cerita keluarga.
Salah satu peserta, S. Boru Harahap, mengaku bangga bisa belajar langsung tentang adat Batak. "Biasanya saya hanya mendengar tentang upa-upa dari orang tua. Sekarang saya paham betapa pentingnya tradisi ini dalam menjaga hubungan keluarga dan memberikan doa bagi orang yang kita sayangi," tuturnya dengan antusias.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari para guru dan masyarakat sekitar. Para tetua adat hadir untuk menjelaskan filosofi di balik setiap ritual, menegaskan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas sekolah, tetapi juga tanggung jawab bersama.
Melalui kegiatan P5 ini, SMAN 3 Padangsidimpuan membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya tentang teori di kelas, tetapi juga pengalaman nyata yang membentuk karakter siswa. Dengan semakin dikenalnya tradisi Upa-Upa dan Silua Itak oleh generasi muda, diharapkan warisan budaya Batak tetap lestari dan berkembang di tengah modernisasi.(PS/BERMAWI)