POSKOTASUMATERA.COM – TAPSEL — Di tengah geliat aktivitas industri yang semakin meningkat, warga Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, justru harus berjibaku dengan kenyataan pahit: kemacetan parah yang tak kunjung terselesaikan. Ruas jalan sepanjang 300 meter dari Simpang Dusun Hutalambung hingga Masjid Dusun Hutatunggul kini menjadi titik rawan yang membuat arus kendaraan tersendat setiap harinya.
Kemacetan yang mengular hingga satu kilometer ini bukan tanpa sebab. Lalu lintas padat dipicu oleh aktivitas kendaraan berat milik dua perusahaan raksasa, yakni PT Agincourt Resources dan PLTA Batangtoru. Truk-truk besar dan alat berat lalu-lalang di jalur sempit yang menanjak, menyebabkan kemacetan dan bahkan potensi kecelakaan yang membayangi setiap saat.
“Kami tidak menolak kehadiran perusahaan. Tapi keselamatan dan kenyamanan kami juga harus dihargai,” tegas seorang warga Parsalakan kepada wartawan, Senin (7/4/2025). Ia menyuarakan harapan masyarakat agar perusahaan segera memperlebar jalan minimal satu meter ke kiri dan kanan sebagai langkah konkret mengatasi kemacetan.
Tak hanya soal keterlambatan, warga mengeluhkan risiko kecelakaan yang meningkat akibat jalan sempit. Terutama ketika kendaraan berat berpapasan atau menyalip kendaraan kecil, insiden bisa terjadi sewaktu-waktu. “Ini bukan cuma soal macet. Ini soal nyawa,” ujar warga lainnya dengan nada serius.
Namun di balik keluhan, warga tetap mengapresiasi langkah nyata yang pernah dilakukan PT Agincourt Resources dan TNI dalam memperbaiki jalur Kelok Empat di Dusun Hutatunggal. Dulu dikenal sebagai titik rawan kecelakaan, kini jalan tersebut jauh lebih aman dan lancar setelah pelebaran dilakukan. “Itu bukti bahwa mereka bisa jika ada niat. Maka kami berharap hal serupa dilakukan di jalan utama Parsalakan,” tambah tokoh masyarakat setempat.
Jalur utama Parsalakan adalah akses vital, bukan hanya untuk warga tapi juga armada perusahaan. Warga pun menilai pembenahan infrastruktur bukan lagi kebutuhan, melainkan urgensi. Mereka mendesak agar perusahaan menunjukkan komitmen sosial dengan memperbaiki fasilitas publik yang terdampak aktivitas industri mereka.
“Sederhana saja. Kalau perusahaan bisa untung besar dari daerah ini, kami pun pantas mendapat jalan yang layak dilalui,” pungkas tokoh masyarakat dengan penuh harap.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PT Agincourt Resources dan PLTA Batangtoru belum memberikan tanggapan resmi.(PS/BERMAWI)